Seseorang yang
bisa menulis atau tidak dapat menulis, akan berusaha mengekspresikan
pikirannya. Kalimat pertama dan kalimat kedua memang tidak ada hubungannya.
Akan tetapi, ya sudahlah. Baca dulu agar tahu.
Tidak selamanya mengekspresikan
pikiran hanya dengan menulis dan menggambar. Karena pada dasarnya manusia tidak
semuanya mempunyai keahlian tersebut. Seorang tukang bangunan akan menuangkan
ekspresi dan imajinasinya melalui bangunan yang ia bangun. Begitu juga dengan
dokter dengan resepnya, guru dengan ajarannya, ilmuwan dengan penemuannya, dan
lain sebagainya. Semua ada seninya. Begitupun juga dengan menulis.
Ketika mendengar
kata “menulis”, sebagian besar orang akan membayangkan huruf-huruf yang panjang
dan menjemukkan atau novel panjang, atau roman dan sebagainya. Begitu juga dengan
saya. Saya lebih menyukai menggambar dan merakit sesuatu daripada menulis.
Karena menurut saya menulis itu membutuhkan banyak waktu digunakan hanya untuk
menghasilkan tulisan yang mungkin kita saja tidak tertarik membacanya. Padahal
itu tulisannya sendiri. Berhubung semua hal tidak bisa dijelaskan hanya dengan
gambar sebagaimana kebalikannya, maka menulis sampai sekarang masih merupakan
kegiatan yang cukup digemari.
Jika pepatah
mengatakan bahwa gambar dan obyek visual lainnya dapat menerangkan sesuatu
lebih banyak dari tulisan, maka tulisanlah yang mewujudkannya. Itu logika
pertama. Akan tetapi jika tulisan tidak mampu menjelaskan sesuatu, maka
ilustrasi harus dibuat untuk menggambarkannya. Maka dari itu, seorang penulis
wajib memiliki pengetahuan tentang menulis dan menggambar. Jangan mengartikan
“menggambar” dengan kegiatan yang kita bayangkan pada umumnya. Akan tetapi
seperti ini :
Seseorang akan
belajar mengendarai sepeda motor. Sebelumnya ia sudah membaca teori mengendarai
sepeda motor. Maka ia harus “menggambarkan” apa yang seharusnya ia lakukan
selama belajar mengendarai sepeda motor. Setelah menggambar, ia lalu
mewujudkanya, dan secara otomatis ia “menuliskan” catatan-catatan penting
pengalaman dan kesan selama ia belajar mulai dari awal hingga ia berhasil
mengendarai sepeda motor kedalam pikiranya. Siapa bilang “menggambar” dan
“menulis” itu harus menggambar dan menulis.
Setiap orang
“menggambar” dan “menulis” setiap hari. Tidak perlu lembaga khusus kepenulisan
agar menjadi novelis, atau cerpenis, atau pujangga, atau apapun. Tidak perlu
motivasi hanya untuk menulis atau menggambar. Karena sejatinya semua kita sudah
melakukannya. Jadi, kesimpulannya, biarlah semua apa adanya, tidak perlu
memaksa orang untuk menggambar atau menulis, yang perlu kita lakukan adalah
memberitahunya dan mengiming-iminginya. Satu hal yang perlu saya tekankan, pada
catatan ini saya tidak memasukkan kategori tulisan surat, skripsi, karya tulis,
thesis, proposal da sebagainya. Tentu tulisan ini perlu banyak catatan khusus
untuk menjelaskannya dan memerlukan ilustrasi untuk menggambarkannya, dan itu
tidak saya lakukan sekarang. Karena saya sedang menerapkan konsep “memberitahu”
dan “mengiming-imingi” semua orang. Dan kalian sebagai pembaca yang budiman,
tentu tahu apa yang seharusnya dilakukan.
Jadi semua orang pada dasarnya bisa menulis...
BalasHapusTop Markotop Kak Dwiki
terima kasih tanggapannya mbak An Trian
BalasHapushahaha