JASAD INI TENGAH SAKIT
Assalaamu’alaikum
Warrohmatullahi Wabarokaatuh
Mengatakan
jasad adalah tubuhnya orang yang sudah mati adalah suatu kesalahan. Silahkan
Anda baca sendiri pengertian dan penjelasan yang tepat mengenainya di Google.
Dan cari referensi yang terpercaya. Jangan mudah percaya kepada berita yang
pertama kali Anda lihat atau saksikan. Penjelasannya tidak saya sertakan dalam
artikel ini dengan alasan :
1. Jasad
adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Arab, dan saya belum memahami
secara mendalam;
2. Saya
takut akan ada masalah yang timbul hanya karena satu kata saja. Ya, satu kata;
3. Artikel
ini bukan artikel bahasa dan sastra.
Terima kasih
karena sudah membaca paragraf diatas yang tidak berbobot. Akan tetapi, saya
yakin bahwa setiap kata, baik itu kata-kata kotor atau bunyi-bunyian tak
bermakna akan berdampak bagi kehidupan ini. Tentu saja terlepas baik-buruknya
dampak tersebut, setiap kata pasti akan “berdampak”, berefek, atau berpengaruh.
Satu ilmu yang perlu saya bagi dalam paragraf basa-basi ini :
-Sebuah daun
yang jatuh sudah ada didalam catatan takdir Tuhan, hanya saja daun tidak diberi
kehendak menunda atau menyingkat waktu jatuhnya-
Kembali ke
topik artikel.
Sebuah
kenyataan bahwa manusia mempunyai jasad dan ruh (silahkan baca perbedaan ruh,
nyawa, jiwa, arwah). Penampakan manusia secara fisik adalah penampakan
jasadnya. Kita dapat melihat jasad kita
sendiri dan jasad orang lain baik itu jasad orang yang masih hidup maupun sudah
mati. Sebuah kenyataan juga bahwa manusia yang normal/pada umumnya, dapat
merasakan sakit fisiknya seperti luka sayatan, memar, radang dan sebagainya.
Akan tetapi ada beberapa penyakit yang sulit kita rasakan secara langsung namun
berpengaruh dikemudian hari seperti penyakit kebodohan.
Entah kebodohan
itu dapat diklasifikasikan kedalam penyakit atau tidak secara medis, akan
tetapi beberapa ilmuwan dan cendekiawan terdahulu mengatakan bahwa kebodohan
adalah penyakit yang harus segera disembuhkan. Logikanya, ada orang terdahulu
mengatakan bahwa wabah penyakit yang melanda suatu negeri disebabkan karena
Dewa Penyakit sedang marah, maka mereka berpikiran dengan mengorbakan seorang
gadis perawan sebagai tumbal, wabah penyakit akan terhenti. Kita sebagai orang
yang hidup di era sekarang, sebagian besar akan mengatakan bahwa mereka bodoh
dan tidak mengetahui bahwa sebuah penyakit memiliki obat penawarnya. Bukan
hanya sekedar berprasangka bahwa obat ini akan manjur digunakan untuk penyakit
itu. Semua ada ILMUNYA.
Melihat kondisi
manusia era sekarang, atau jika saya singkat menjadi MES, tentu banyak hal yang
perlu ditanggapi dan dibenahi. Satu fokus saya dalam tulisan ini adalah bahwa
MES termasuk saya (baca: penulis) kemungkinan besar juga terjangkiti penyakit
kebodohan. Kebodohan dalam artian kebodohan yang disengaja bodoh. Jika bodoh
berarti orang yang tidak mengetahui sesuatu, maka sengaja bodoh adalah sengaja
tidak mau mengetahui sesuatu. Mengetahui apa?
MES tidak
mungkin mengetahui apapun sekarang jika ia masih melihat dunia hanya dari gadget-nya. Pengetahuan tidak bisa didapatkan
hanya membaca berita saja. Apalagi berita itu belum tentu kebenarannya. Apalagi
membacanya hanya sebagian saja. Apalagi yang malas membacanya. Dari luar
terlihat canggih, padahal hakikatnya kuno. Dari luar terlihat modern, padahal
hakikatnya kolot. Dari luar terlihat cerdas, padahal hakikatnya bodoh. Merasa
sudah tahu semua isi lautan, padahal kulit basah dikolam renang pun ia takut.
Bahkan ia tidak mau berenang walaupun dibayar. Karena ia tidak bisa berenang.
Diajari berenang pun banyak yang malah selfie dipinggiran kolam saja. Diberi
uang untuk kursus renang sendiri, ia mau. Tetapi uangnya malah dibelikannya speedboat dengan alasan, “Kenapa harus
berenang jika naik speedboat saja
cepat sampai dan tidak membuang banyak waktu?”.
Jika salah satu
kenyataan diatas mengarah ke dirimu, maka sesungguhnya jasadmu tengah sakit.
Bukan semata pikiran saja yang sakit karena kebodohan. Semuanya ada sebab. Apa
yang kau lihat, yang kau makan, yang kau minum, yang kau sentuh, yang kau
miliki, yang kau butuhkan, yang kau inginkan, yang kau kehendaki, yang tidak
kau kehendaki, yang kau tiru, yang kau ikuti, apakah sudah baik semua? Saran
saya, pergilah ke dokter spesialis. Spesialis manusia. Maksudnya?
Jika spesialis
bermakna ahli dan memahami seluk beluk sesuatu, maka dokter spesialis manusia
bermakna dokter yang ahli dan memahami seluk beluk manusia. Tentu saja, siapa
lagi kalau bukan Yang Maha Pencipta dan Yang Maha Pemelihara.
Wassalamu’alaikum
Warrohmatullahi Wabarokaatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar