BERMANJA DENGAN KENANGAN
Part 1
Jika sesuatu dari mas lalu dapat
menemani kita hari ini, saat ini dan di tempat ini, sungguh apa jadinya kita dibuat pusing karenanya. Seandainya kita anggap kenangan itu adalah
suatu monster yang datang ke masa depan, maka ada dua hal yang dapat kita
lakukan yaitu berdiam diri dan membiarkannya atau melakukan sesuatu. Melakukan
sesuatu pun, masih dapat kita bagi dalam dua hal yang jelas perbedaanya, yakni
melarikan diri atau melawannya. Maka sungguh menyedihkannya ketika hal itu
terjadi. Beberapa orang mengatakan bahwa monster itu dapat juga berwujud
seperti bayang-bayang yang menakutkan. Tak jarang orang mengalami kesakitan
karenanya. Merasa tersiksa oleh kehadirannya. Semakin cepat ia berlari, semakin
panjang bayang-bayang yang meliputinya. Begitulah kira-kira gambaran orang yang
mengaku telah mengalaminya. Sebagian lain mengatakan bahwa sebuah kenangan
adalah matahari terbit yang dapat kita nikmati di sebuah pegunungan yang dingin
sementara kita tengah merebahkan diri di sebuah dipan dengan sandaran dan kita
dapat menghadap kearah Timur dengan tersenyum menikmati hembusan angin.
Sebagaimana diatas saya mengatakan
bahwa ketika kita mencoba merespon/menanggapi kenangan, maka setidaknya ada
salah satu dari dua pilihan, yakni melarikan diri atau melawannya. Sekalipun
kenangan tersebut adalah kenangan indah maupun kenangan pahit, kita berhak
mengolahnya. Seseorang yang yang salah dalam menanggapi kenangan, dapat
diperkirakan ia akan menjadi seseorang yang tak jadi siapa-siapa alias seorang
pecundang. Jika kita menganggap sebagian hidup kita tidak pantas untuk
dijadikan sebuah kenangan atau sebagian hidup kita tidak pantas untuk dijadikan
kenangan maka itu adalah kehendak kita sebagai individu dan tidak boleh orang
lain memaksanya secara langsung maupun tidak langsung untuk menyimpan kenangan
atau tidak menyimpannya.
Bersambung