Rabu, 20 Januari 2016

BERMANJA DENGAN KENANGAN



BERMANJA DENGAN KENANGAN


Part 1 
Jika sesuatu dari mas lalu dapat menemani kita hari ini, saat ini dan di tempat ini, sungguh apa jadinya kita dibuat pusing karenanya. Seandainya kita anggap kenangan itu adalah suatu monster yang datang ke masa depan, maka ada dua hal yang dapat kita lakukan yaitu berdiam diri dan membiarkannya atau melakukan sesuatu. Melakukan sesuatu pun, masih dapat kita bagi dalam dua hal yang jelas perbedaanya, yakni melarikan diri atau melawannya. Maka sungguh menyedihkannya ketika hal itu terjadi. Beberapa orang mengatakan bahwa monster itu dapat juga berwujud seperti bayang-bayang yang menakutkan. Tak jarang orang mengalami kesakitan karenanya. Merasa tersiksa oleh kehadirannya. Semakin cepat ia berlari, semakin panjang bayang-bayang yang meliputinya. Begitulah kira-kira gambaran orang yang mengaku telah mengalaminya. Sebagian lain mengatakan bahwa sebuah kenangan adalah matahari terbit yang dapat kita nikmati di sebuah pegunungan yang dingin sementara kita tengah merebahkan diri di sebuah dipan dengan sandaran dan kita dapat menghadap kearah Timur dengan tersenyum menikmati hembusan angin.
Sebagaimana diatas saya mengatakan bahwa ketika kita mencoba merespon/menanggapi kenangan, maka setidaknya ada salah satu dari dua pilihan, yakni melarikan diri atau melawannya. Sekalipun kenangan tersebut adalah kenangan indah maupun kenangan pahit, kita berhak mengolahnya. Seseorang yang yang salah dalam menanggapi kenangan, dapat diperkirakan ia akan menjadi seseorang yang tak jadi siapa-siapa alias seorang pecundang. Jika kita menganggap sebagian hidup kita tidak pantas untuk dijadikan sebuah kenangan atau sebagian hidup kita tidak pantas untuk dijadikan kenangan maka itu adalah kehendak kita sebagai individu dan tidak boleh orang lain memaksanya secara langsung maupun tidak langsung untuk menyimpan kenangan atau tidak menyimpannya. 
Bersambung